SISTEM
BILANGAN
BASIS atau
RADIK
Nama dari masing-masing sistem bilangan itu pun berasal dari basis atau
radiknya. Misalnya, dinamakan bilangan desimal karena berarti sepuluh atau
kelipatan sepuluh. Oleh karena itu dinamakan juga bilangan puluhan. Sitem
bilangan yang lain misalnya bilangan Oktal, dinamakan begitu karena radiknya
adalah delapan (Oktal : delapan ). Bilangan Biner, karena radiknya adalah dua (
Bi : mengandung arti dua ).
Karena orang sudah biasa berhitung memakai bilangan desimal, maka tidak
banyak mempersoalkan tentang radiknya. Namun untuk mempelajari sistem bilangan
yang lainnya, perhitungan tentang radik adalah sangaat penting karena radik
untuk menentukan nilai ataau bobot bilangan tersebut.
BOBOT BILANGAN
Bobot suatu bilangan tergantung dari radik dan sususan digit-digitnya.
Misalnya bilangan desimal 156 atau ditulis (156)10, mempunyai bobot
bilangan seebagai berikut :
6 : menunjukkan harga satuaan ( = 6 ).
5: menunjukkan harga puluhan ( = 50 ).
1: menunjukkan harga ratusan ( = 100 ).
Sehingga : (156)10 = 6 + 50 + 100.
= (6 X 100) + ( 5 X 101 ) + ( 1
X 102 ).
Bila dari
persamaan bobot bilangan desimal tersebut angka-angka atau digit-digitnya
diganti : d.
Dihitung mulai
dari angka satuan, digit kesatu :d0
Digit kedua : d1
Digit ketiga :
d2
Basis atau
radik: 10 = r, bilangan 156 = N, maka akan didapat suatu rumus bobot bilangan :
( N )r = d0r0 + d1r1
+ d2r2 + ……..
Rumus tersebut berlaku secara umum untuk mengetahui nilai desimal (bobot
bilangan) dari berbagai bilangan dengan radik yang lain, dan berlaku untuk
bilangan utuh (bukan pecahan).
BILANGAN OKTAL
Bilangan Oktal hanya menggunakan delapan digit saja, yaitu 0, 1, 2, 3, 4,
5, 6, dan 7. Sehingga radik bilangan oktal adalah : r = 8. Dengan demikian
suatu bilangan oktal tidak pernah mempunyai angka 8 dan 9, kecuali untuk
menunjukkan radiknya tetap dipakai angka 8. Misalnya bilangan oktal 61 atau
(61)8, nilainya tidak sama dengan bilangan desimal 61, melainkan
sama dengan bilangaan desimal 49 (menjadi lebih kecil). Cara mengetahui nilai
desimalnya dengan menggunakan rumus bobot bilangan di atas tadi.
( N )r = d0r0 + d1r1
(61)8 = ( 1 X 80 ) + ( 6 X 81
)
= 1 + 48
= ( 49 )10.
Contoh : Berapa
nilai desimal dari bilangan oktal 1257 ?
( 1257 )8
= ( 7 X 80 ) + ( 5 X 81 ) + ( 2 X 82 ) + ( 1 X
83 )
= 7 + 40 + 128 +
512
= ( 687 )10
BILANGAN DUODESIMAL
Kalau bilangan desimal mempunyai radik sepuluh, bilangan Duodesimal
radiknya lebih dua : r = 12. Digit-digitnya adalah : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9, A dan B. Huruf A dan B menggantikan bilangan desimal 10 dan 11, sehingga : A = ( 10 )10.
B = ( 11 )10
Untuk mengetahui
nilai desimal dari bilangan duodesimal tetap memakai rumus bobot bilangan
(rumus N).
Contoh :
Hitunglah nilai desimal (bobot bilangan) dari bilangan duodesimal 2AB.
( 2AB )12 = ( B X 120 ) + ( A X 121
) + ( 2 X 122 )
= B + ( 10 X 12 ) + ( 2 X 122 )
= 11 + 120 + 288
= ( 419 )10
BILANGAN HEKSADESIMAL
Bilangan Heksadesimal mempunyai radik : r = 16. Ke – 16 digit-digitnya
yaitu : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E dan F. Huruf-huruf A sampai
F menggantikan bilangan desimal 10 sampai 15 :
A = ( 10 )10
B = ( 11 )10
C = ( 12 )10
|
D = ( 13 )10
E = ( 14 )10
F = ( 15 )10
|
Dengan menggunakan rumus N dapat diketahui nilai desimal dari suatu
bilangan heksadesimal.
Contoh :
Hitunglah nilai desimal dari ( 1A2B )16
( 1A2B )16 = ( B X 160 ) + ( 2 X 161
) + ( A X 162 ) + ( 1 X 163 )
= B + 32 + ( 10 X 256 ) + 4096
= 11 + 32 + 2560 + 4096
= ( 6699 )10
BILANGAN BINER
Bilangan Biner hanya mempunyai dua digit saja, yaitu digit “ 0 ‘ dan
digit “ 1 “. Sehingga bilangan biner merupakan sistem bilangan yang mempunyai
radik paling kecil : 2. Dengan menyusun digit-digit 0 dan 1 sesuai kaidah yang
berlaku, orang dapat berhitung seperti bilangan desimal biasa.
Keuntungannya, digit 0 dan 1 dapat diwujudkan oleh besaran elektris yaitu
tegangan (voltage). Sehingga nantinta orang dapat dengan mudah mengetahui nilai
elektris dari suatu bilangan desimal biasa, bahkan juga kata-kata yang berrupa
perintah ataupun informasi, setelah semuanya disandi dalam bilangan biner
tersebut. Hal itu dilakukan pada mesin-mesin logika, misalnya Digital Komputer,
yaitu komputer yang bekerja dengan informasi atau data numerik yang dinyatakan
dalam bentuk digital.
Dalam besaran listrrik, digit 0 : berarti tidak ada tegangan (sebenaarnya
tetaap ada, tetapi kecil sekali 0 – 2,4 V), sedangkan digit 1 : berarti ada
tegangan (2,4 – 5 V).
Bilangan binerr
dari 0 sampai 15 dapat dilihat pada tabel ini :
Tabel 1.1
Bilangan desimal
|
Bilangan Biner
|
|||
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
2
|
0
|
0
|
1
|
0
|
3
|
0
|
0
|
1
|
1
|
4
|
0
|
1
|
0
|
0
|
5
|
0
|
1
|
0
|
1
|
6
|
0
|
1
|
1
|
0
|
7
|
0
|
1
|
1
|
1
|
8
|
1
|
0
|
0
|
0
|
9
|
1
|
0
|
0
|
1
|
10
|
1
|
0
|
1
|
0
|
11
|
1
|
0
|
1
|
1
|
12
|
1
|
1
|
0
|
0
|
13
|
1
|
1
|
0
|
1
|
14
|
1
|
1
|
1
|
0
|
15
|
1
|
1
|
1
|
1
|
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai digit 1
bertambah besar bila bergeser ke kiri. Sehingga bila menghitung naik (Count –
Up), digit 1 harus selalu digeser ke kiri. Sebaliknya bila menghitung turun
(Count – Down), digit 1 harus digeser ke kanan. Dengan demikian digit yang
paling kanan bernilai yang paling kecil, digit yang paling kiri bernilai yang
paling besar.
Digit yang paling kanan :
disebut LSD (Least Significant Digit),
yaitu digit yang mempunyai bobot paling kecil.
Digit yang paling kiri : disebut MSD (Most Significant Digit), yaitu digit yang mempunyai bobot
paling besar.
Dan karena masing-masing digit bilangan biner itu disebut
pula “Bit” (berasal dari : Binary Digit), maka singkatan atau
istilah LSD dapat diganti dengan LSB (Least Significant Bit), istilah MSD
dfapat diganti dengan MSB (Most Significant Bit). Kedua istilah tersebut sangat
penting dalam perhitungan bilangan biner selanjutnya.
Contoh LSB dan
MSB : MSB 1 0 1 1 0 LSB
MSB 1 1 0 1 0 1 LSB
Selanjutnya untuk mengetahui nilai desimal dari biolangan biner, dapat
digunakan rumus N ( rumus bobot bilangan ) seperti yang telah dikerjakan pada
sistem bilangan yang lain. Pelaksanaannya dikerjakan sebagai berikut :
( 1 1 1 0 1 0 1 )2 = ( ………..)10
1 1 1
0 1 0
1 = 1 + 4 + 16 + 32 + 64
26 25 24 23 22 21 20= (117)
64 32 16
8 4 2
1
Keterangan : Dengan r =2, maka tiap –tiap bit mulai
dari LSB mempunyai bobot kelipatan dari 20, 21 ……, atau deret bilangan 1, 2, 4,
8, 16 …… Sehingga tinggal menjumlahkan bobot masing-masing digit 1.
Contoh : Hitung
nilai desimal dari ( 1010101 )2
1 0 1
0 1 0
1 = 1 + 4 + 16 + 64
64 16
4 1 = (85)10
Kembali pada
tabel 1.1 ddi atas tadi, di situ terlihat bahwa 4 bit bilangan biner yang penuh
berisi digit 1 mempunyai bobot 15. Berarti kemampuan berhitung dari 4 bit hanya
sampai 15, lewat dari itu harus tambah bit.
(15)10 = (1111)2 …………..banyak bit : 4
15 = 16 – 1
15 = 24 – 1 ……………… 2 = radik
Dari persamaan tersebut, bila banyaknya bit = 4 diganti n, radik = r, dan
bilangan 15 (nilai tertinggi 4 bit) diganti B, maka didapat suatu rumus :
B = rn - 1
Atau
dikatakan, bahwa kemampuan berhitung dari sejumlah bit bilangan biner sama
dengan radik pangkat banyaknya bit, setelah itu dikurangi satu. Misalnya
bilangan biner yang terdiri dari 5 bit, kemampuan berhitung (bobot tertinggi)
adalah :
(11111)2 = 25 – 1
= 32 – 1 = (31)2
Dalam tabel
dapat dilihat pula, 3 bit penuh : 111 = 7, 2 bit penuh : 11 = 3 sesuai rumus di
atas tadi.
MENGUBAH BILANGAN DESIMAL MENJADI BILANGAN
RADIK LAIN
Pada tulisan terdahulu telah
diketahui cara mencari bobot bilangan atau nilai desimal dari suatu sistem
bilangan dengan radik yang llain. Kebalikan dari proses tersebut adalah
mengubah dari bilangan desimal menjadi bilangan radik lain, misalnya menjadi
bilangan oktal, menjadi bilangan biner dan sebagainya.
Pada umumnya mengubah bilangan desimal menjadi bilangan radik lain dapat
dilakukan dengan cara pembagian yang terus menerus : bilangan desimal tersebut
dibagi dengan radik bilangan baru yang dikehendaki, terus menerus sampai habis
atau sampai hasilnya sama dengan nol. Sisa tiap-tiap pembagian akan menjadi
digit-digit bilangan baru tersebut. Sisa pembagian yang pertama menjadi digit
yang paling kanan atau LSD, berturut-turut sehingga sisa pembagian yang
terakhir menjadi digit yang paling kiri atau MSD.
Agar lebih jelas ikuti
contoh-contoh di bawah ini.
Mengubah Bilangan Desimal Menjadi Oktal
Contoh : Ubahlah
(1675)10 menjadi bilangan Oktal

209 : 8 = 26 sisa 1

3 : 8 = 0 sisa 3 (MSD)
(1675)10 = (3213)8
Mengubah Bilangan Desimal Menjadi Bilangan
Heksadesimal
Contoh : Buatlah
sandi heksadesimal dari bilangan desimal 6699

418 : 16 = 26 sisa 2
26 : 16 = 1 sisa 10
= A
1 : 16 = 0 sisa 1
(MSB)
(6699)10 = (1A2B)16
Mengubah Bilangan Desimal Menjadi Bilangan
Biner
Contoh : Buatlah
bilangan biner dari (35)10

17 : 2 = 8 sisa 1
8 : 2 = 4 sisa 0
4 : 2 = 2 sisa 0
2 : 2 = 1 sisa 0
1 : 2 = 0 sisa
1 (MSB)
(35)10 = (100011)2
Mengubah
bilangan desimal ke bilangan biner seperti yang dikerjakan pada contoh di atas
kadang kadang terlalu menghabiskan waktu dan tempat, terutama dalam mengubah
bilangan desimal yang besar. Oleh karena itu ada cara lain yang lebih mudah,
yaitu dengan menguraikan bilangna desimal menjadi beberapa bilangan yang
merupakan yang merupakan kelipatan 20,21 ……dan seterusnya. Untuk pertama kali
harus dibuat taabel yang berisi urutan bobot bilangan biner tersebut.
No. Bit
|
9
|
8
|
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Bobot Bilangan
|
256
|
128
|
64
|
32
|
16
|
8
|
4
|
2
|
1
|
Tabel diatas berguna untuk mengetahui dari bit nomor berapa penguraian
bilangan desimal tersebut dimulai, seterusnya penguraian harus berurutan ke
arah bobot bilangan yang lebih kecil. Misalnya contoh diatas, bilangan 35 lebih
kecil dari 64 (bit no. 7), maka penguaraian dimulai dari 32 (bit no. 6).
35 = 32 + 3
= 32 + 2 + 1
Dari penguraian
tersebut diketahui bahwa yang berisi digit-digit 1 hanyalah bit-bit no. 6, no.
2 dan no. 1 saja, sehingga didapat hasiolnya (100011)2
Contoh : Buatlah
bilangan biner dari (145)10
145 = 128 +17
= 128 + 16 + 1 (Bit no. : 8, 5,
dan 1)
(145)10 = (10010001)2
Contoh : Buatlah
bilangan biner dari (451)10
451 = 256 + 195
= 256 + 128 + 67
= 256 + 128 + 64 + 3
= 256 + 128 + 64 + 2 + 1 (Bit no. : 9, 8, 7, 2 dan 1)
(451)10 = (111000011)2
MENGUBAH BILANGAN BINER MENJADI BILANGAN
OKTAL
Pada umumnya untuk mengubah bilangan dari radik yang satu ke radik yang
lain dapat dilakukan dengan melalui pengubahan dulu menjadi bilangan desimal.
Setelah menjadi bilangan desimal (diubah dengan rumus N/bobot bilangan), baru
dilakukan pengubahan ke sistem bilangan yang dikehendaki (cara pembagian dengan
rasdik terus menerus sampai habis).
Untuk mengubah bilangan binerr menjadi bilangan oktal ada cara lain yang
lebih mudah yaitu dengan cara pengubahan langsung. Hal itu dilakukan dengan mengelompokan bit-bit bilangan biner tersebut
tiga-tiga dimulai dari LSB. Masing-masing kelompok itu kemudian dibaca
bobot bilangan atau nilai desimalnya. Susunan bobot bilangan tersebut sudah
merupakan bilangan oktalnya.
Contoh :
Hitunglah nilai Oktal dari ( 1 1 0 1 0 1 1 1 )2
1 1 0 1 0 1 1 1 = 1 1 0 1 0 1 1 1
= ( 327 )8
LSB 3 2 7
MENGUBAH BILANGAN OKTAL MENJADI BILANGAN
BINER
Mengubah bilangan octal menjadi bilangan biner dapat dilakukan dengan
mudah, yaitu sebagai kebalikan dari proses yang dilakukan di atas tadi. Dalam hal ini masing-masing digit octal
diubah langsung menjadi biner kelompok tiga bit, kemudian menyusun kelompok bit
tersebut sesuai urutan semula.
Contoh : Ubahlah
( 347 )8 mejadi bilangan biner.



011 100
111
MENGUBAH BILANGAN BINER MENJADI BILANGAN
HEKSADESIMAL
Mengubah bilangan biner menjadi bilangan heksadesimal dapat dilakukan
dengan mengubah dulu bilangan biner menjadi bilangan decimal biasa, kemudian
diubah menjadi bilangan heksadesimal dengan cara pembagian oleh radik : 16
terus menerus sampai habis. Tetapi ada cara lain yang lebih mudah, yaitu pengubahan
langsung. Cara pengubahan langsung dilakukan dengan mengelompokan bilangan biner tersebut masing-masing empat bit dimulai
dari LSB. Susunan dari bobot bilangan masing-masing kelompok sudah
merupakan bilangan heksadesimal.
Contoh : Ubahlah
( 10111000111)2 menjadi heksadesimal.
1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 =
1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1
LSB 5 12 7
C
= (
5C7 )16
MENGUBAH BILANGAN HEKSADESIMAL MENJADI
BILANGAN BINER
Mengubah bilangan heksadisimal menjadi bilangan biner dilakukan sebagai
kebalikan dari proses diatas, yaitu dengan mengubah langsung masing-masing
digit bilangan heksadesimal menjadi bilangan biner empat bit. Setelah itu
disusun urutan semula.
Contoh : Ubahlah
( 493 )16 menjadi bilangan biner.



0100 1001 0011
BILANGAN PECAHAN
Pada uraian terdahulu telah diketahui cara menghitung bobot bilangan dari
bermacam-macam system bilangan, yaitu dengan menggunakan rumus (N)r = d0r0
+ d1r1 + d2r2 + …. Dan seterusnya.
Rumus tersebut hanya berlaku untuk atau bilangan yang tidak mengandung pecahan.
Untuk mencari bobot bilangan pecahan dilakuakn sebagai berikut :
Misalnya
bilangan pecahan (0,75)10, bobotnya adalah :
0,75 = 75
100
=
7 + 5
10 100
=( 7 X 10-1 ) + ( 5 X 10-2
)
Bila digit diganti dengan : d-1, digit 5 diganti : d-2
dan radik 10 = r, dimasukkan dalam persamaan diatas, maka didapat rumus bobot
bilangan pecahan : d-1r-1 + d-2r-2
+ ….dan seterusnya.
Bila rumus
tersebut digabungkan dengan rumus bobot bilangan utuh, mendapatkan rumus umum
bobot bilangan sebagai berikut :
( N )r = dnrn + dn-1rn-1
+ d2r2 + d1r1 + d0r0
+ d-1r-1
+ d-2r-2 + d-nr-n
Dimana :
n : menunjukkan digit yang keberapa dihitung dari satuan/ d0
d : digit yang dipergunakan.
R : radik atau basis bilangan
Dengan rumus tersebut dapat dihitung bobot bilangan dari berbagai system
bilangan, baik utuh maupun yang mengandung pecahan. Di bawah ini diberikan
beberapa contoh :
(35,27)8 = (3 X 81) + (5 X 80) + (2 X 8-1)
+ (7 X 8-2)
(4,3A)12 = (4 X 120) + (3 X 12-1) + (A X
12-2)
(7,BC)16 = (7 X 160) + (B X 16-1) + (C X
16-2)
(11,11)2 = (1 X 21) + (1 X 20) + (1 X 2-1)
+ (1 X 2-2)
Untuk mengubah bilangan decimal yang mengandung pecahan menjadi bilangan
radik lain, masing-masing bagian yang utuh dan yang pecahan dikerjakan
sendiri-sendiri. Bilangan yang utuh diubah dengan cara pembagian oleh radik
terus menerus sampai habis. Bilangan pecahan diubah dengan cara : mengalikan
berturut-turut dengan radik baru yang dikehendaki. Tiap-tiap hasil perkalian
yang utuh (bukan pecahan), menjadi digit-digit pecahan bilangan baru tersebut.
Selanjutnya dibawah ini diberikan contoh pengubahan bilangan decimal yang
mengandung pecahan ke bilangan biner, misalnya dari bilangan decimal 23,375 :
Bagian yang utuh
|
Bagian yang pecahan
|
23 : 2 = 11
sisa :1
11 : 2 = 5 sisa :1
5 : 2 = 2 sisa : 1
2 : 2 = 1 sisa :0
1 : 2 = 0 sisa :1
….(MSB)
|
0,375 X 2 =
0,750
0,750 X 2 =
1,500
0,500 X 2 = 1,00
LSB
|
Setelah disusun
dari MSB ke LSB, hasilnya : 23,375 = (10111,011)2
Table
1.2
PERSAMAAN BILANGAN
Sistem
|
Biner
|
Oktal
|
Desimal
|
Duodesimal
|
Heksadesimal
|
Radik
|
2
|
8
|
10
|
12
|
16
|
|
0
1
10
11
100
101
110
111
1000
1001
1010
1011
1100
1101
1110
1111
10000
10001
10010
10011
10100
10101
10110
10111
11000
11001
11010
11011
11100
11101
11110
11111
100000
|
0
1
2
3
4
5
6
7
10
11
12
13
14
15
16
17
20
21
22
23
24
25
26
27
30
31
32
33
34
35
36
37
40
|
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
|
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
A
B
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
1A
1B
20
21
22
23
24
25
26
27
|
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
A
B
C
D
E
F
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
1A
1B
1C
1D
1E
1F
20
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar